Sabtu, 03 November 2012

Penggembala Domba



Al-Bukhari meriwayatkan dari Abu Hurairah ra Nabi Muhammad saw pernah bersabda, “Tidak ada seorang Nabi yang Allah utus kecuali ia pernah menggembala domba. Para sahabat bertanya, “Termasuk Engkau wahai Rasulullah? Ia menjawab, “Ya, saya pernah mengembala domba milik orang Makkah dan mendapatkan upah.”

Menggembala domba pada waktu itu selain menjadi salah satu pekerjaan yang menghasilkan uang, ia juga sekaligus menjadi sarana pembinaan rasa untuk tumbuh rasa belas kasihan, kelembutan, cinta, kasih sayang, mengenali, dan memperhatikan baik kepada hewan ternak maupun kepada sesama penggembala.

Menggembala domba memberi ruang bagi Rasulullah saw untuk ke luar jauh dari lingkaran sosial keluarganya, dapat berjumpa dengan sesama penggembala, berbaur di tengah-tengah masyarakat yang kaya pengalaman, berkomunikasi, beradaptasi dan memahami lingkungan di sekitarnya. Masa kecil itu telah memberi kesempatan bagi Rasulullah saw untuk keluar dari teritorial kampungnya mampu melihat hamparan yang luas, menatap ufuk langit, menemukan udara yang bersih, mengenali betapa indah ciptaan Allah di muka bumi ini.

Inilah pelajaran kepemimpinan efektif yang Rasulullah saw lalui dan sempat ia ungkapkan dengan meminjam kata “raa’in” yang berarti penggembala, sebagaimana yang tertulis dalam buku-buku hadits. Kepemimpinan berbasis pengalaman penggembala itu dapat difahamai dalam beberapa point penting berikut ini.

Pertama, penggembala yang baik akan berusaha semaksimal mungkin untuk mencarikan makanan dan minuman terbaik bagi domba gembalaannya. Inilah kewajiban mendasar para penggembala, yaitu menghadirkan kesejahteraan bagi ternaknya. Demikianlah Allah SWT mempersiapkan Rasulullah saw untuk menjadi pemimpin besar umat ini, dengan memberinya kesempatan menggembala kambing di usia dini.

Perhatian serius terhadap kesejahteraan umat terlihat dalam syariat Islam seperti adanya kewajiban zakat, sedekah, infaq, dsb.

Kedua, penggembala yang baik akan melindungi ternakannya dari ancaman bahaya, baik oleh hewan buas seperti serigala, macan, dll, atau bahaya situasi seperti hujan, angin dan udara yang panas menyengat. Penggembala yang baik itu tidak akan membiarkan hewan gembalaannya berada dalam ancaman bahaya, apalagi diserang oleh hewan pemangsa.

Begitulah Rasulullah saw melindungi umat ini agar tidak menjadi obyek kezhaliman bangsa lain, sehingga ia memerintahkan minoritas Muslim Makkah itu hijrah ke Habasyah, disyariatkannya jihad fi sabilillah adalah salah satu bentuk proteksi umat ini dari ancaman bahaya eksternal.

Ketiga, penggembala yang baik tidak membiarkan hewan gembalaannya melakukan kesalahan atau perbuatan yang membahayakan diri maupun orang lain di sekitarnya. Penggembala itu akan segera menghalau hewan ternaknya yang bergerak mendekati pematang sawah, atau pagar kebun orang lain. Usaha preventif lebih di dahulukan daripada tindakan kuratif pemberian hukuman.

Begitulah Rasulullah saw menghalau siapapun umat ini dari kesalahan atau bahaya yang akan terjadi sekarang atau nanti. Seruan pertama yang Rasulullah saw sampaikan kepada sanak keluarganya ketika memulai dakwah jahriyah kepada keluarga terdekatnya adalah ungkapan: “…selamatkan diri kalian dari api neraka”

Keempat, penggembala yang baik itu akan melatih hewan ternaknya untuk mengoptimalkan potensi dan kemampuan yang dimilikinya. Penggembala domba berusaha agar dombanya bisa menghasilkan susu atau keturunan yang berkualitas. Penggembala sapi melatih sapinya untuk membajak sawah, dan pekerjaan lain yang bisa dilakukannya.

Rasulullah saw memberdayakan sekecil apapun potensi para sahabat untuk dapat berkontribusi. Melatih para sahabat untuk mengemban tugas-tugas dakwah. Mengutus para sahabat untuk melakuan ekspedisi jihad ke berbagai sudut wilayah yang terjangkau ketika itu.

Inilah pengalaman penggembala domba di masa kecil yang melandasi kepribadian Rasulullah sebagai pemimpin besar bagi umat manusia ini. “Sungguh telah datang kepadamu seorang Rasul dari kaummu sendiri, berat terasa olehnya penderitaanmu, sangat menginginkan (keimanan dan keselamatan) bagimu, Amat belas kasihan lagi Penyayang terhadap orang-orang Mukmin,” (QS at-Taubah: 128). Wallahu a’lam bishshawab..

sumber: http://www.sabili.co.i