Seorang
Cendekiawan atheis menumpang perahu ketika hendak menyebrang ke pulau.
Di dekatnya duduk seorang yang senang ibadah. Ia bertanya pada tukang
perahu seraya melirik ke ahli ibadah tersebut.
“Sobat, pernahkan Anda mempelajari Matematika?”
“Tidak” ujar tukang perahu tersebut.
“Bagaimana dengan anda pak ustadz?” Tanyanya juga. Pak ustadz tersenyum.
“Sedikit.” jawabnya
“Sayang sekali, berarti Anda berdua telah kehilangan seperempat dari kehidupan Anda.”ucapnya menghakimi “Atau, barangkali Anda berdua pernah mempelajari ilmu filsafat?” tanyanya lagi.
“Sedikit.” Ucap ustadz tersenyum. Profesor itu menaikan kedua alisnya meminta jawaban tukang perahu.
“Itu juga tidak.” Jawab tukang perahu itu polos.
“Dua kali sayang, berarti Anda berdua telah kehilangan lagi seperempat dari kehidupan Anda.” Ucapnya membanggakan diri. “Bagaimana dengan sejarah?” lanjutnya
“Sedikit.” Ujar ustadz lagi. Cendikiawan itu menoleh ke tukang perahu.
“Oh, itu juga tidak.”
“Aduh-aduh…..!” Sesalnya seraya menggeleng-gelengkankan kepala.
Mendadak awan gelap, angin bertiup kencang dan terjadi badai. Laut yang tadinya tenang menjadi bergelombang, perahu yang ditumpangi merekapun oleng. Cendekiawan itu pucat ketakutan.
“Bagaimana nih pak ustadz koq tenang-tenang saja. Siapa yang akan menolong kita? Teriaknya gelisah. Sambil tersenyum ustadz itu bertanya.
“Apakah anda pernah mempelajari akan adanya Tuhan?”
“Tidak.”
“Atau Anda pernah belajar berenang?” susul si tukang perahu
“Tidak” jawab cendikiawan itu gemetaran.
“Sayang sekali, Anda tidak kenal Tuhan dan juga tidak bisa berenang berarti anda akan kehilangan seluruh kehidupan Anda.”
sumber: http://islam-oke.blogspot.com/2009/03/hikmah-sebuah-cerita.html
“Sobat, pernahkan Anda mempelajari Matematika?”
“Tidak” ujar tukang perahu tersebut.
“Bagaimana dengan anda pak ustadz?” Tanyanya juga. Pak ustadz tersenyum.
“Sedikit.” jawabnya
“Sayang sekali, berarti Anda berdua telah kehilangan seperempat dari kehidupan Anda.”ucapnya menghakimi “Atau, barangkali Anda berdua pernah mempelajari ilmu filsafat?” tanyanya lagi.
“Sedikit.” Ucap ustadz tersenyum. Profesor itu menaikan kedua alisnya meminta jawaban tukang perahu.
“Itu juga tidak.” Jawab tukang perahu itu polos.
“Dua kali sayang, berarti Anda berdua telah kehilangan lagi seperempat dari kehidupan Anda.” Ucapnya membanggakan diri. “Bagaimana dengan sejarah?” lanjutnya
“Sedikit.” Ujar ustadz lagi. Cendikiawan itu menoleh ke tukang perahu.
“Oh, itu juga tidak.”
“Aduh-aduh…..!” Sesalnya seraya menggeleng-gelengkankan kepala.
Mendadak awan gelap, angin bertiup kencang dan terjadi badai. Laut yang tadinya tenang menjadi bergelombang, perahu yang ditumpangi merekapun oleng. Cendekiawan itu pucat ketakutan.
“Bagaimana nih pak ustadz koq tenang-tenang saja. Siapa yang akan menolong kita? Teriaknya gelisah. Sambil tersenyum ustadz itu bertanya.
“Apakah anda pernah mempelajari akan adanya Tuhan?”
“Tidak.”
“Atau Anda pernah belajar berenang?” susul si tukang perahu
“Tidak” jawab cendikiawan itu gemetaran.
“Sayang sekali, Anda tidak kenal Tuhan dan juga tidak bisa berenang berarti anda akan kehilangan seluruh kehidupan Anda.”
sumber: http://islam-oke.blogspot.com/2009/03/hikmah-sebuah-cerita.html
Tidak ada komentar:
Posting Komentar