Selasa, 18 September 2012

Seperti Bermain Layangan


Ada tiga orang pemuda terdampar di sebuah pulau terpencil. Sebut saja fulan, nonem, dan hamba. Ternyata pulau tersebut adalah pulau bajak laut. Pemuda tersebut akhirnya ditangkap oleh bajak laut dan diancam akan dibunuh jika tidak bisa menuruti syarat si bajak laut. Syaratnya adalah mereka harus memasukkan buah dengan jumlah sepuluh ke dalam (mohon maaf) anus mereka tanpa mengeluarkan suara sedikitpun.
Fulan menjadi pemuda pertama yang mencoba. Dia membawa sepuluh buah apel dan mulai memasukkannya. Apel pertama, kedua, ketiga dia berhasil tanpa mengeluarkan suara, tetapi sayang ketika apel keempat dia berteriak dan langsung ditebas lehernya. Fulan gagal pada buah keempat.
Pemuda yang mencoba kedua adalah hamba. Dia membawa sepuluh buah kelengkeng. Dengan mudah satu per satu buah berhasil dimasukkannya. Namun sayang, ketika buah terakhir, hamba tertawa dan sama seperti fulan, hamba langsung dibunuh.
Arwah si fulan bingung dan bertanya ke arwah si hamba.
A: kenapa lo tertawa? Karena buahnya?
F:  bukan! Gw tertawa karena melihat nonem. Dia membawa sepuluh buah durian.
Seperti itulah ujian. Tidak hanya datang dalam bentuk kesulitan seperti yang dihadapi si fulan. Ujian juga datang ketika kemudahan didapatkan. Kita terlena dengan kenikmatan dunia sehingga lupa akhirat.
Inilah yang dinamakan istridaj. Istidraj adalah kemudahan yang diberikan oleh ALLAH justru kepada mereka yang lalai, ingkar, bahkan kafir. Namun ALLAH menjanjikan azab yang pedih bagi mereka.
Istidraj itu dapat dianalogikan seperti bermain layangan. Orang yang mendapat istidraj sebenarnya sedang diulur oleh ALLAH. Logikanya ketika layangan diulur pasti akan lebih mudah daripada ketika layangan ditarik. Ketika layangan diulur terus menerus, tentu ada batasan benang. Terus menerus layangan diulur sampai benangnya habis dan layangan tersebut benar-benar terlepas dari pemainnya. Begitu juga istidraj, ALLAH terus membiarkan hamba yang terlena kenikmatan dunia sehingga suatu saat hubungan antara ALLAH dan hamba tersebut putus.
Sebaliknya, ketika layangan ditarik. Pasti akan mendapat terpaan angin yang dapat menggoyahkan layangan. Seperti itu juga keadaan hamba yang taat, semakin ditarik oleh ALLAH, semakin sulit pula ujian yang akan dihadapinya, dan semakin dekat pula kita dengan ALLAH. Yakinlah bahwa ALLAH tidak akan membebani seseorang diluar batas kemampuannya dan sesungguhnya ALLAH beserta orang-orang sabar.
Wallahu ‘alam bissowab.


Inspiring people               :              Panji Abdi Esa (murobbi)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar